RONDJI RESTAURANT




Rondji Restaurant adalah satu rangkaian dengan keseluruhan The Blanco Renaissance Museum. Karena itu, akan terasa lengkap saat menikmati karya-karya besar sang maestro, Don Antonio Blanco juga mencoba menikmati hidangan dengan selera masakan dari berbagai negara penting di dunia dan Bali tentunya 
 Kini kenyamanan pengunjung akan lebih ditingkatkan lagi dengan dibukanya Rondji Restaurant. Dibangunnya restoran ini masih terkait dengan kelengkapan keberadaan The Blanco Renaissance Museum. Para pengunjung dapat memilih antara datang ke restoran dulu baru melihat lukisan karya sang maestro Don Antonio Blanco atau melihat ke dalam museum dulu baru ke restoran. Masih berada di areal museum, dengan menjolok ke tebing sungai Campuan dan berhadapan depan -->bukit cinta dengan desain dan interior yang go green, sederhana namun tetap memperhatikan perpaduan kepentingan aspek artistik interior dan aspek turistik. Bila kita duduk di restoran ini, maka pandangan lepas yang serba hijau dan indah akan terhampar menyejukkan pandangan di kejauhan.
stunning view
 view
  Dengan begitu, nama Rondji Restaurant adalah satu bentuk penghormatan dari keluarga Blanco untuk mengenang dan menghormati Ni Rondji karena dalam keluarga Blanco, Ni Rondji dikenal sebagai seorang istri/ibu yang pandai memasak dan hasil masakannya sangat lezat dan disukai oleh seluruh keluarga. Dan yang paling menggemari masakan Ni Rondji justru sang maestro sendiri yang susah berganti ke masakan lain. “Jadi semua yang melengkapi keberadaan museum selalu memiliki kaitan langsung dengan sang maestro,” ujar Mario Blanco. Rondji Restaurant, menurut Mario Blanco, adalah simbol dari selera masakan sang maestro dan sekaligus juga symbol dari Ni Rondji yang dikenal pandai memasak dan hasil masakannya sangat lezat.

Teras



Diner
RONDJI Restaurant dibangun bukan saja untuk pengunjung The Blanco Museum, melainkan juga untuk khalayak yang ingin menikmati suasana restoran yang asri dan meneduhkan. Sejak soft opening bulan September 2012 lalu, Rondji Restaurant banyak dikunjungi wisatawan mancanegara dan masyarakat dari berbagai lapisan sosial, terutama rombongan organisasi/instansi yang kebetulan berlibur ke Bali. “Mereka sangat suka dengan masakan kami,” ujar General Manager Rondji Restaurant Edi Sidarta. Menurutnya, komentar para pengunjung restoran yang menikmati hidangan yang disajikan restoran itu bukan basa-basi karena ada beberapa wisatawan mancanegara yang datang beberapa kali. “Kami berusaha mendatangkan juru masak yang andal dan bertaraf internasional,” tambah Mario Blanco.

Edi Sidarta mengungkapkan, meski Rondji Restaurant terbilang restoran berkelas tinggi, namun pihaknya berusaha menekan harga agar para pengunjung museum/restoran tidak terlalu berat dengan harga-harga menu yang disajikan. “Setidaknya kelas menengah bisa menikmati hidangan kami,” ujar Edi Sidarta. Kenyataannya, memang banyak para pengunjung museum sehabis berkeliling-keliling museum akhirnya melepas penat di Rondji Restaurant dan tanpa canggung memesan berdasarkan menu yang ada di daftar menu. Berdasarkan catatan pengelola restoran, tak sedikit orang-orang penting di Bali yang sempat mampir ke restoran ini. 
Diner

 


Hal lain yang juga selalu dijaga bagipengelola restoran ini adalah menjaga kreativitas menu dan penyajian hidangan sehingga selain tampilan hidangan kelihatan indah, juga bisa mengundang selera bagi pengunjung restoran.
 Memang, Rondji Restaurant selalu tampil elegan dan berkelas semi-fine dinning restaurant dengan 150 tempat duduk dan  20 seat longue.  Masakan yang tersaji di restoran ini mengacu pada selera European dengan dipengaruhi selera Prancis dan Italia; serta juga menghadirkan selera Asia dengan pengutamaan pada rasa dan aroma masakan Bali. Penyajian menu masakan dari berbagai negara yang berbeda ini dilakukan untuk pengayaan pilihan selera pengunjung restoran.  “Tentu dengan juru masak yang terlatih dan memiliki pengalaman,” tandas Edi Sidarta yakin. Rujukan selera masakan dari  luar negeri  yang tersaji di Rondji Restaurant tentu saja tak bisa dilepaskan dari lingkungan Ubud di mana banyak sekali wisatawan mancanegara yang berkunjung ke sini. “Karena itu kami tak bisa meniadakan selera mereka,” tambah Mario Blanco.
 
Seperti diketahui, turis-turis asing setiap hari mengunjungi The Blanco Renaissance Museum dan tak sedikit di antara mereka menyempatkan diri untuk mampir ke Rondji Restaurant yang berada di komplek museum. Bukan tak mungkin mereka mencoba menu-menu utama yang disajikan restoran itu. “Semua menu yang kami sajikan terinspirasi dari berbagai negara dan kami hidangkan kembali dnegan sentuhan kami sendiri,” kata Edi Sidarta. Karena itu, para pengunjung yang datang ke restoran ini bisa mencoba misalnya hidangan dari Asia, Eropa dan tentu saja hidangan Bali dengan beberapa kekhasannya. Agar tidak menjemukan, tiap 3-4 bulan sekali hidangan itu dikreasi untuk menjaga selera, penampilan dan cita rasa dari masakan andalan restoran ini. “Harga sangat kompetitif dan kami jamin itu terjangkau bagi pengunjung restoran maupun museum,” ujar Edi Sidarta.








Rondji Restaurant kini berdiri menjadi ‘pendamping’ bagi The Blanco Museum yang megah itu. Ada dua hal yang didapat pengunjung bila mengunjungi The Blanco Museum, yakni menikmati karya-karya besar sang maestro Don Antonio Blanco di mana sedikitnya 300 karya terkoleksi di dalamnya, dan menikmati hidangan lezat dengan berbagai selera yang tersaji di Rondji Restaurant. Belum lagi kelengkapan museum yang lain seperti 

galeri, bercanda-ria dengan burung-burung langka, gift shop yang menawarkan berbagai aksesori yang cantik dan keramahan dari semua staf The Blanco Museum. Jadi, sedikit kurang lengkap jika anda ke museum dan menyaksikan karya-karya besar sang maestro Don Antonio Blanco tanpa menyinggahi Rondji Restauran, karena Rondji Restaurant dan museum secara simbolik adalah ‘pasangan suami istri’ Don Antonio Blanco-Ni Rondji.